Pendidikan Agama Islam,
Pengertian IMAN, ISLAM, IHSAN
Iman, islam, ihsan adalah tiga kata
yang maknanya saling berkaitan, sebagaimana yang diterangkan dalam hadits
Rasulullah Saw.
“Diriwayatkan dari umar bin khatab, “Suatu
hari, disaat kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Tiba-tiba muncullah
seorang laki-laki yang mengenakan pakaian serba putih, rambutnya hitam pekat,
tidak berjejak, dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya, samppai
dia duduk di depan Nabi Saw. dan menyandarkan kedua lututnya pada lutut Nabi
Saw.seraya meletakkan kedua telapak tangannya diatas paha belia. Kemudian ia
berkata, Wahai Muhammad, ajarilah aku tentang islam,
Nabi bersabda, islam adalah hendaknya engkau
bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah
Rasul-Nya, engkau mendirikan solat, mengelurkan zakat, berpuasa ramadhan, dan
menunaikan ziarah haji ke baitullah jika engkau mampu menempuh perjalanannya.
Segera saja laki-laki itu berkata, “Engkau benar wahai Muhammad.” . . . . . . .
. . . . . . Dia kembali berkata, Wahai Muhammad kabarilah aku tentang iman,
Muhammad bersabda, iman adalah hendaknya
engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitb-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman pula kepada ketentuan (qadar) baik
ataupun buruk ,”Engkau benar Muhammad , Kemudian ia berkata lagi “jelaskan
padaku tentang ihsan ,
Rasulullah bersabda” Hendaknya engkau
menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya atau jika engkau tidak melihat-Nya,
maka Alla-lah yang melihat engkau.
Begitulah kalau jika dilihat dari segi
aspek lahirnya, maka agama yang diajarkan jibril adalah islam, agama juga
disebut iman jika yang diamati adalah aspek batinnya. Kemudian agama baru
disebut ihsan jika aspek batin (iman) dan lahirnya (amal saleh) telah di penuhi
secara utuh dan sempurna.
A. Pengertian
iman
Secara bahasa iman berarti membenarka
(tashdiq), sementara menurut istilah ialah “membenarkan dengan hati,
mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatannya”. Sedang menurut
istilah yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan
penuh keyakinan, tidak bercampur dengan syak dan ragu, serta memberi pengaruh
terhadap pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Kata iman
dalam Al-quran digunakan untuk arti yang bermacam-macam. Ar- Raghib
al-Ashfahani (ahli kamus Al-quran) mengatakan, iman didalam Al-quran terkadang
digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas dibibir saja padahal dalam hati
dan perbuatannya tidak beriman, terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya
terbatas pada perbuatannya saja, sedang hati dan ucapannya tidak beriman dan
ketiga kata iman terkadang digunakan untuk arti iman yang diyakini dalam hati,
diucapkan dengan lisan, dan di amalkan dalam perbuatan sehari-hari.
Rukun (pilar-pilar) iman dalam islam
Sesuai dengan hadits Rasulullah saw,
diatas sudah dijelas bahwasanya ada enam rukun iman yang harus diyakini untk
menjadi seorang islam yang sempurna dan menjadi seorang hamba Allah yang ihsan
nantinya, enam rukun iman tersebut nadalah:
Beriman kepada Allah Swt
Yakni beriman kepada rububiyyah Allah Swt, maksudnya : Allah adalah
Tuhan, Pencipta, Pemilik semesta, dan Pengatur segala urusan, Beriman kepada uluhiyyah Allah Swt, maksudnya: Allah
sajalah tuhan yang berhak di sembah, dan semua sesembahan selain-Nya adalah
batil, iman kepada Nama-Nama dan Sifat-Sifat-Nya maksudnya: bahwasanya Allah
Swt, memiliki nama-nama yang mulia, dan sifat-sifat-Nya yang sempurna serta
agung sesuai yang ada dalam Al-quran dan Sunnah Rasul-Nya.
Beriman kepada malaikat
Malaikat adalah hamba Allah yang
mulia, mereka diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya, serta tunduk
dan patuh menta’ati-Nya, Allah telah membebankan kepada mereka berbagai tugas,
Diantaranya adalah : Jibril tugasnya menyampaikan wahyu, Mikail mengurusi hujan
dan tumbuh-tumbuhan, Israfil meniup sangsakala di hari kiamat, Izrail (malaikat
maut), Raqib , Atit,mencatat amal perbutan manusia, Malik menjaga neraka,
Ridwan menjaga surga, dan malaikat-malaikat yang lain yang hanya Allah Swt yang
dapat mengetahuinya.
Beriman kepada kitab-kitab
Allah yang Maha Agung dan Mulia telah
menurunkan kepada para Rasul-Nya kitab-kitab, mengandung petunjuk dan kebaikan.
Diantaranya: kitab taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Injil diturunkan kepada
Nabi Isa, Zabur diturunkan kepada Nabi Daud, Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi Musa,
Al-quran diturunkan Allah Swt, kepada Nabi Muhammad Saw, Dengannya Allah telah menasakh (menghapus) semua kitab sebelumnya.
Dan Allah telah menjamin untuk menjaga dan memeliharanya, karena ia akan
menjadi hujjah atas semua makhluk, sampai hari kiamat.
Beriman kepada para rasul
Allah telah mengutus kepada
maakhluk-Nya para rasul, rasul pertama adalah Nuh dan yang terakhir adalah
Muhammad Saw, dan semua itu adalah manusia biasa, tidak memiliki sedikitpun
sifat ketuhanan, mereka adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan dengan
kerasulan. Dan Allah telah mengakhiri semua syari’at dengan syari’at yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw,yang diutus untuk seluruh manusia , maka tidak
ada nabi sesudahnya.
Beriman kepada hari akhirat
Yaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi
setelahnya, ketika Allah membangkitkan manusia dalam keadaan hidup untuk kekal
ditempat yang penuh kenikmatan atau ditempat siksaan yang amat pedih. Beriman
kepada hari akhir meliputi beriman kepada semua yang akan terjadi setelah itu,
seperti kebangkitan dan hisab, kemudian surga atau neraka.
Beriman kepada (taqdir) ketentuan Allah
Taqdir artinya: beriman
bahwasanya Allah telah mentaqdirkan semua yang ada dan menciptakan seluruh
mahluk sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahalu, dan menurut kebijaksanaan-Nya,
Maka segala sesuatu telah diketahui oleh Allah, serta telah pula tertulis
disisi-Nya, dan Dialah yang telah menghendaki dan menciptakannya.
B.
Pengertian islam
kata islam merupakan pernyataan
kata nama yang berasal dari bahasa arab aslama,yaitu
bermaksud “untuk menerima, menyerah, atau tunduk” Dengan demikian islam berarti
penerimaan dari dan penundukan kepada tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan
ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya dan menghindari politheisme.
Perkataan ini memberikan beberapa maksud dari Al-qur,an. Dalam beberapa ayat,
kualitas islam sebagai kepercayaan ditegaskan: “ Barangsiapa yang Allah
menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya
untuk (memeluk agama islam)” . Ayat lain menghubungkan islam dan din (lazimnya diterjemahkan sebagai
“Agama”) .” Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku- cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai islam jadi agama bagimu”.
Secara etimologis kata islam diturunkan dari
akar kata yang sama dengan kata salam yang berarti “Damai”. Kata muslim
(sebutan bagi pemeluk agama islam) juga berhubungan dengan kata islam, kata
tersebut berarti ”Orang yang berserah diri kepada Allah”.
Islam memberikan banyak amalan keagamaan. Para
penganut, umumnya di galakan untuk memegang lima rukun islam, yaitu lima pilar
yang menyatukan muslim sebagai sebuah komunitas. Islam adalah syari’at Allah
terakhir yang diturunkan-Nya kepada penutup para nabi dan Rasul-Nya, Muhammad bin Abullah Saw, ia merupakan
satu-satunya agama yang benar. Allah tidak menerima agama dari siapapun
selainnya. Dia telah menjadikannya sebagai agama yang mudah, tidak ada
kesulitan dan kesusahan didalamnya, Allah tidak mewajibkan dan tidak pula
membebankan kepada para pemeluknya apa-apa yang mereka tidak sanggup
melakukunnya. Islam adalah agama yang dasarnya tauhid, syi’arnya kejujuran, parosnya
keadilan, tiangnya kebeenaran, ruhnya kasih sayang.ia merupakan agama agung
yang mengarahkan manusia kepada seluruh hal yang bermanfaat, serta melarang
dari segala hal yang membahayakan bagi agama dan kehidupan mereka didunia .
Rukun (pilar-pilar) islam
Islam di bangun diatas lima rkun.
Seseorang tidak akan menjadi muslim yang sebenarnya hingga dia mengimani dan
melaksanakannya yaitu:
Rukun pertama: syahadat (bersaksi) bahwa,
tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwasanya Muhammad
Rasulullah. Syahadat ini merupakan kunci islam dan pondasi bangunannya. Makna
syahadat la ilaha illallah ialah : tidak ada yang berhak
disembah kecuali Allah saja,dilah ilahi yang hak, sedangkan ilahi selainnya
adalah batil dan ilahi itu artinya sesuatu yang disembah. Dan makna syahadat:
bahwasanya Muhammad itu adalah Rasulullah ialah: membenarkan semua apa yang
diberitakannya, dan mentaati semua perintahnya srta menjauhi semua yang
dilarang dan dicegahnya.
Rukun kedua: shalat:Allah
telah mengsyari’atkan lima shalat setiap hari sebagai hubungana antara seorang
muslim dengan Tuhanya. Didalamnya dia bermunajat dan berdo’a
kepada-Nya,disamping agar menjadi pencegah bagi muslim dari perbuatan keji dan
mungkar. Dan Alah telah menyiapkan bagi yang menunaikanya kebaikan dalam agama
dan kemantapan iman serta ganjaran,baik cepat maupun lambat.Maka dengan demikian seorang hamba akan
mendapatkan ketenangan jiwa dan kenyamanan raga yang akan membuatnya bahagia di
dunia dan akhirat.
Rukun ketiga: Zakat yaitu sedekah yang dibayyar oleh orang
yang memiliki harta sampai nishab(kadar tertenrtu) setiap tahun,kepada
yang berhak menerimanya seperti kaum fakir dan lainya,diantara yang berhak
menerima zakat.Zakat itu tidak di wjibkan atas orang fakir yang tidak memiliki
nishab,tapi hanya di wajibkan atas kaum kaya untuk menyempurnakan agama dan
islam mereka,meningkatkan kondisi dan akhlak mereka,menolak segala balak dari
mereka dan harta mereka,mensuccikan mereka dari dosa,disamping sebagai bantuan
bagi orang-orang yang membutuhkan dan fakir diantara mereka,serta untuk
memenuhi kebutuhan keseharian mereka,sementara zakat hanyalah merupakan bagian
kecil sekali dari jumlah harta dan rizki yang diberikan Allah kepada mereka.
Rukun keempat: Puasa yaitu selama satu bulan saja setiap
tahun,pada bulan ramadhan yang mulia,yakni bulan kesembilan dari bulan-bulan
hijriyah.Kaum muslimin secara keseluruhan serempak meninggalkan
kebutuhan-kebutuhan pokok mereka,makan, minum,dan
jimak di siang hari mulai terbit fajar sampai matahari terbenam.Dan semua itu
akan di ganti oleh Allah bagi mereka berkat karunia dan kemurahan-Nya,dengan
penyempurnaan agama dan iman mereka,serta peningkatan kesempurnaan diri,dan
banyak lagi ganjaran dan kebaikan lainya,baik di dunia maupun di akhirat yang
telah di janjikan Allah bagi orang-orang yang berpuasa.
Rukun kelima: Haji yaiu menuju masjidil haram untuk
melakukan ibadah tertentu. Allah mewajibkan atas orang yang mampu sekali seumur
hidup,Pada waktu itu kaum muslimiin dari segala penjuru berkumpul di tempat yang
paling mulia dimuka bumi ini,menyembah tuhan yang satu,memakai pakaian yang
sama,tidak ada perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin,antara si kaya dan
si fakir dan antara yang berkulit putih dan berkulit hitam.Mereka semua
melaksanakan bentuk-bentuk ibadah tertentu,yang terpenting diantaranya adalah:
wukuf di padang arafah,tawaf di ka’bah,kiblatnya kaum muslimin,dan sa’i antara
bukit shafa dan marwah.
Ihsan
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak
yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt. Sebab ihsan menjadikan
kita sosok yang mendapatkan kemuliaan darin-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang
tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal
untuk menduduki posisi terhormat dimata Allah swt. Rasulullah Saw. Pun sangat
menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh ajaran-ajarannya mengarah
kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang mulia.
Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya
sebatas akhlak yang utama saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian dari
aqidah dan bagian terbesar dari keislamannya karena, islam di bangun atas tiga
landasan utama, yaitu iman, islam, dan ihsan, seperti yang telah diterangkan
oleh Rasulullah Saw.dalam haditsnya yang sahih . Hadits ini menceritakan saat
Rasulullah Saw. Menjawab pertanyaan malikat jibril – yang menyamar sebagai
seorang manusia – mengenai islam, iman, dan ihsan. Setelah jibril pergi,
Rasulullah Saw. Bersabda kepada sahabatnya, “ inilah jibril yang datang
mengajarkan kepada kalian urusan agama kalian.” Beliau menyebutbut ketiga hal
diatas sebagai agama, dan bahkan Allah Swt. Memerintahkan untuk berbuat ihsan
pada banyak tempat dalam Al-qur’an
.” Dan berbuat baiklah kalian, karena
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik. “ (Qs
Al-baqarah:195)
“ Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk
berbuat adil dan kebaikan . . . .”(Qs. An-nahl : 90 )
C.
Pengertan ihsan
Ihsan berasal dari kata hasana
yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah
ihsanan, yang artinya kebaikan. Allah Swt. Berfirman dalam Al-qur’an mengenai
hal ini.
” Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu
berbuat baik bagi dirimu sendiri . . .”(Al-isra’:7)
“Dan berbuat baiklah (kpd orang lain) seperti
halnya Allah berbuat baik terhadapmu . . “(Qs AL-Qashash: 77).
Ibnu katsir mengomentari ayat diatas dengan
mengatakan bahwa kebaikan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan
kepada seluruh mahluk Allah Swt.
Landasan syar’I ihsan
Pertama Al- qur’anul karim
Dalam Al-qur’an, terdapat 166 ayat yang
berbicara tentang ihsan dan implementasinya. Dari sini kita dapat menarik satu
makna, betapa mulia dan agungnya perilaku dan sifat ini, hingga mendapat porsi
yang sangat istimewa dalam Al-qur’an. Berikut ini adalah beberapa ayat yang
menjadi landasan akan hal ini.
“ Dan berbuat baiklah kalian karena
sesungguhnyaAllah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Al- baqarah:
195)
“Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk
berbuat adil dan kebaikan.” (Qs.An-nahl:90)
“. . . . .serta ucapkanlah kata-kata yang baik
kepada manusia. . . .”(Qs. Al-baqarah:83)
“Dan berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu
bapak, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun
yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan para hamba sahayamu. . . . “ (Qs.
An-nisa’: 36)
Kedua, As-sunnah
Rasulullah Saw. Pun sangat memberi perhatian
terhadap masalah ihsan ini. Sebab,ini merupakan puncak harapan, perjuangan
seorang hamba. Bahkan, diantara hadits-hadits mengenai ihsan tersebut, ada
beberapa yang menjadi landasan utama dalam memahami agama ini. Rasulullah Saw.
menerangkan mengenai ihsan –Ketika ia menjawab pertanyaan malaikat jibril
tentang ihsan, dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh jibril, dengan
mengatakan ,” Engkua menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan
apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
(HR. Muslim).
Aspek pokok dalam ihsan
Ihsan meliputi tiga aspek yang
fundamental ketiga aspek tersebut ibadah, muamalah, dan ahklak.
Ibadah
kita berkewajiban ihsan dalam
beribadah, yaitu dengan menjalankan semua jenis ibadah, seperti solat, puasa,
haji dan sebagainya dengan cara yang benar. Yaitu dengan menyempurnakan syarat,
rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan
oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksnaan ibadah-ibadah tersebut ia
penuhi dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya), juga dengan kesadaran
penuh bahwa Allah selalu memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat
dan diperhatikan oleh Allah. Minimal seorang hamba harus merasa bahwa Allah
selalu memantaunya, karena dengan inilah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah
tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah tersebut akan
seperti yang diharapkan.inilah maksud dari perkataan Rasulullah Saw. yang
berbunyi,
“Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan
kamu melihat-Nya, dan jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya
Dia melihatmu.”
Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya
arti dari ibadah itu sendiri sangatlah luas. Maka selain dari jenis ibadah itu
tadi, yang tidak kalah pentingnya adalah juga seperti ibadah lainnya seperti
jihad, menghormati sesame mukmin, mendidik anak, membahagiakan istri, dan
menjalankan yang mubah semata-mata demi mencari dan mendapatkan Ridho Allah
Swt. dan masih banyak lagi. Rasulullah menghendaki umatnya dalam keadan seperti
itu, yaitu senantiasa sadar jika ingin ingin mewujudkan ihsan dalam setiap
ibadahnya.
Tingkat ibadah dan derajatnya
Berdasarkan nash-nash dalam
Al-qur’an dan sunnah, maka ibadah mempunyai tiga tingkatan, yang pada setiap
tingkatan derajatnya seorang hamba tidak akan dapat mengukurnya. Karena itulah
kita berlomba-lomba untuk meraihnya, pada setip derajat ada tingkatan
tersendiri dalam surga. Yang tertinggi adalah derajat muhsinin, Dan ia akan
menempati jannatul firdaus, derajat tertinggi dalam surga. Kelak penghuni surgs
tingkat bawah akan memandangi penghunu surga surga tingkat atas, laksana
penduduk bumi memandangi bintang-bintang di langit yang menandakan betapa
jauhnya jarak antara mereka.
Adapun tiga tingkatan ter sebut adalah sebagai
berikut:
1.
Tingkat At-taqwa, yaitu tingkatan paling bawah
dengan derajad yang berbeda-beda.
2.
Tingkat Al-bir, yaitu tingkat menengah dengan
derajat yang berbeda-beda.
3.
Tingkat Al-ihsan, yaitu tingkat paling atas
dengan derajat yang berbeda-beda.
Tingkat taqwa
Tingkat taqwa adalah tingkatan dimana
seluruh derajatnya dihuni oleh mereka yang masuk kategori Al-muttaqin, sesuai
dengan derajad ketaqwan masing-masing.
Taqwa akan menjadi sempurna dengan menjalankan
semua perintah Allah dan menjauhi serta meninggalkan segala apa yang
dilarangNya, hal ini berarti meninggalkan salah satu perintah Allah saja dapat
mengakibatkan sangsi, dan melakukan salah satu laranganNya saja adalah dosa.
Dengan demikian puncak taqwa adalah menjalankan semua perintah Allah serta
menjauhi segala laranganNya.
Namun ada satu hal yang harus dipahami dengan
benar, yaitu bahwa Allah Swt. Maha mengetahui mengetahui keadaan hamba-hambaNya
yang memiliki berbagai kelemahan, yang dengan kelemahannya itu seorang hamba
melakukan dosa. Oleh karena itu Allah membuat satu cara penghapusan dosa, yaitu
dengan cara bertobat dan pengampunan. Melalui hal tersebut, Allah akan
mengampuni hambaNya yang berdosa karena kelalaiannya dari menunaikan hak-hak
taqwa. Sementara itu, ketika seorang hamba naik peringkat puncak taqwa, boleh
jadi ia akan naik peringkatnya pada peringkat bir atau ihsan. Peringkat ini
disebut martabat taqwa, karena amalan-amalan yang ada pada derajat ini
membebaskannya dari siksaan atas kesalahan yang dilakukannya. Adapun derajat
yang paling rendah dari peringkat ini adalah derajat dimana seseorang menjaga dirinya dari kekalnya dalam
neraka, yaitu dengan iman yang benar dan diterima oleh Allah Swt.
Tingkat Al-bir
Peringkat ini akan dihuni oleh mereka
yang masuk kategoi Al-abror, hal ini sesuai dengan amalan-amalan kebaikan yang
mereka lakukan dari ibadah-ibadah sunnah serta segala sesuatu yang dicintai dan
diridhai oleh Allah Swt. hal ini dilakukan setelah mereka melakukan hal yang
wajib, yakni yang ada pada peringkat At-taqwa.
Peringkat ini disebut derajat Al-bir
(kebaikan), karena derajat ini merupakan perluasan pada hal-hal yang sifatnya
sunnah, sesuai sifatnya semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
merupakan tambahan dari batasan-batasan yang wajib serta yang di haramkanNya.
Amalan-amalan ini tidak diwajibkan oleh Allah kepada hambaNya, tetapi perintah
itu bersifat anjuran, sekaligus terdapat janji pahala didalamnya.
Akan tetapi mereka yang melakukan amalan
tambahan ini tidak akan masuk kedalam tingkatan Al-bir, kecuali mereka telah
melaksanakan peringkat yang pertama, yaitu peringkat taqwa. Karena melaksanakan
hal yang pertama menjadi syarat mutlak untuk naik keperingkat yang selanjutnya.
Dengan demikian,barang siapa yang mengklaim
dirinya telah melakukan kebaikan sedang ia tidak mengimani unsure-unsur kaidaah
iman dalam ihsan, serta tidak terhindar dari siksaan neraka , maka ia tidak
dapat masuk kedalam peringkat ini. (Al-bir). Allah Swt. telah berfirman,
“Bukanlah kebaikan dengan memasuki rumah-rumah
dari belakangnya, akan tetapi kebaikan itu adalah taqwa, dan datangilah
rumah-rumah itu dari pintu-pintunya dan bertaqwalah kepada Allah agar kalian
beruntung.” (Qs. Al-baqarah: 189).
“ya tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar
seruan orang yang menyeru kepada iman, yaitu berimanlah kamu kepada tuhanmu,
maka kamipun beriman. Ya tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan
hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami bersama
orang-orang yang banyak berbuat baik.” (Al-imran: 193) .
Tingkat ihsan
Tingkatan ini akan dicapai oleh mereka
yang masuk dalam kategori Muhsinun, mereka adalah orang yang telah melewati
tingkat pertama dan kedua (peringkat At-taqwa dan Al-bir).
Ketika kita mencermati pengertian ihsan dengan
sempurna, maka kita akan mendapatkan kesimpulan bahwa ihsan memiliki dua sisi
yaitu : Pertama, ihsan adalah kesempurnaan dalam beramal sambil menjaga
keiklasan dan jujur dalam beramal.
Kedua, ihsaan adalah sensntiasa memaksimalkan
amalan-amalan sunnah yang dapat mendekat diri kepada Allah Swt. selama hal itu
adalah sesuatu yang diridhaiNya dan dianjurkan untuk melaksanakannya.
Untuk dapat naik kemartabat ihsan dalam segala
amal , hanya bisa dicapai melalui amalan-amalan wajib dan amalan-amalan sunnah
yang dicintai oleh Allah Swt. serta dilakukan atas dasar mencari ridha Allah
Swt.
0 komentar:
Posting Komentar