Pages

Rabu, 10 Juni 2015

Pengertian IMAN, ISLAM, IHSAN

Pendidikan Agama Islam,

Pengertian IMAN, ISLAM, IHSAN

 

            Iman, islam, ihsan adalah tiga kata yang maknanya saling berkaitan, sebagaimana yang diterangkan dalam hadits Rasulullah Saw.
“Diriwayatkan dari umar bin khatab, “Suatu hari, disaat kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Tiba-tiba muncullah seorang laki-laki yang mengenakan pakaian serba putih, rambutnya hitam pekat, tidak berjejak, dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya, samppai dia duduk di depan Nabi Saw. dan menyandarkan kedua lututnya pada lutut Nabi Saw.seraya meletakkan kedua telapak tangannya diatas paha belia. Kemudian ia berkata, Wahai Muhammad, ajarilah aku tentang islam,
Nabi bersabda, islam adalah hendaknya engkau bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul-Nya, engkau mendirikan solat, mengelurkan zakat, berpuasa ramadhan, dan menunaikan ziarah haji ke baitullah jika engkau mampu menempuh perjalanannya. Segera saja laki-laki itu berkata, “Engkau benar wahai Muhammad.” . . . . . . . . . . . . . Dia kembali berkata, Wahai Muhammad kabarilah aku tentang iman,
Muhammad bersabda, iman adalah hendaknya engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitb-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman pula kepada ketentuan (qadar) baik ataupun buruk ,”Engkau benar Muhammad , Kemudian ia berkata lagi “jelaskan padaku tentang ihsan ,
Rasulullah bersabda” Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya atau jika engkau tidak melihat-Nya, maka Alla-lah yang melihat engkau.
            Begitulah kalau jika dilihat dari segi aspek lahirnya, maka agama yang diajarkan jibril adalah islam, agama juga disebut iman jika yang diamati adalah aspek batinnya. Kemudian agama baru disebut ihsan jika aspek batin (iman) dan lahirnya (amal saleh) telah di penuhi secara utuh dan sempurna.

A.       Pengertian iman
            Secara bahasa iman berarti membenarka (tashdiq), sementara menurut istilah ialah “membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatannya”. Sedang menurut istilah yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur dengan syak dan ragu, serta memberi pengaruh terhadap pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Kata iman dalam Al-quran digunakan untuk arti yang bermacam-macam. Ar- Raghib al-Ashfahani (ahli kamus Al-quran) mengatakan, iman didalam Al-quran terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas dibibir saja padahal dalam hati dan perbuatannya tidak beriman, terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya terbatas pada perbuatannya saja, sedang hati dan ucapannya tidak beriman dan ketiga kata iman terkadang digunakan untuk arti iman yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan di amalkan dalam perbuatan sehari-hari.


Rukun (pilar-pilar) iman dalam islam
            Sesuai dengan hadits Rasulullah saw, diatas sudah dijelas bahwasanya ada enam rukun iman yang harus diyakini untk menjadi seorang islam yang sempurna dan menjadi seorang hamba Allah yang ihsan nantinya, enam rukun iman tersebut nadalah:
Beriman kepada Allah Swt
            Yakni beriman kepada rububiyyah Allah Swt, maksudnya : Allah adalah Tuhan, Pencipta, Pemilik semesta, dan Pengatur segala urusan, Beriman kepada uluhiyyah Allah Swt, maksudnya: Allah sajalah tuhan yang berhak di sembah, dan semua sesembahan selain-Nya adalah batil, iman kepada Nama-Nama dan Sifat-Sifat-Nya maksudnya: bahwasanya Allah Swt, memiliki nama-nama yang mulia, dan sifat-sifat-Nya yang sempurna serta agung sesuai yang ada dalam Al-quran dan Sunnah Rasul-Nya.
Beriman kepada malaikat
            Malaikat adalah hamba Allah yang mulia, mereka diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya, serta tunduk dan patuh menta’ati-Nya, Allah telah membebankan kepada mereka berbagai tugas, Diantaranya adalah : Jibril tugasnya menyampaikan wahyu, Mikail mengurusi hujan dan tumbuh-tumbuhan, Israfil meniup sangsakala di hari kiamat, Izrail (malaikat maut), Raqib , Atit,mencatat amal perbutan manusia, Malik menjaga neraka, Ridwan menjaga surga, dan malaikat-malaikat yang lain yang hanya Allah Swt yang dapat mengetahuinya.
Beriman kepada kitab-kitab
            Allah yang Maha Agung dan Mulia telah menurunkan kepada para Rasul-Nya kitab-kitab, mengandung petunjuk dan kebaikan. Diantaranya: kitab taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Injil diturunkan kepada Nabi Isa, Zabur diturunkan kepada Nabi Daud, Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, Al-quran diturunkan Allah Swt, kepada Nabi Muhammad Saw, Dengannya Allah telah menasakh (menghapus) semua kitab sebelumnya. Dan Allah telah menjamin untuk menjaga dan memeliharanya, karena ia akan menjadi hujjah atas semua makhluk, sampai hari kiamat.
Beriman kepada para rasul
            Allah telah mengutus kepada maakhluk-Nya para rasul, rasul pertama adalah Nuh dan yang terakhir adalah Muhammad Saw, dan semua itu adalah manusia biasa, tidak memiliki sedikitpun sifat ketuhanan, mereka adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan dengan kerasulan. Dan Allah telah mengakhiri semua syari’at dengan syari’at yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw,yang diutus untuk seluruh manusia , maka tidak ada nabi sesudahnya.
Beriman kepada hari akhirat
            Yaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, ketika Allah membangkitkan manusia dalam keadaan hidup untuk kekal ditempat yang penuh kenikmatan atau ditempat siksaan yang amat pedih. Beriman kepada hari akhir meliputi beriman kepada semua yang akan terjadi setelah itu, seperti kebangkitan dan hisab, kemudian surga atau neraka.

Beriman kepada (taqdir) ketentuan Allah
            Taqdir artinya: beriman bahwasanya Allah telah mentaqdirkan semua yang ada dan menciptakan seluruh mahluk sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahalu, dan menurut kebijaksanaan-Nya, Maka segala sesuatu telah diketahui oleh Allah, serta telah pula tertulis disisi-Nya, dan Dialah yang telah menghendaki dan menciptakannya.


B.       Pengertian islam
            kata islam merupakan pernyataan kata nama yang berasal dari bahasa arab aslama,yaitu bermaksud “untuk menerima, menyerah, atau tunduk” Dengan demikian islam berarti penerimaan dari dan penundukan kepada tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya dan menghindari politheisme. Perkataan ini memberikan beberapa maksud dari Al-qur,an. Dalam beberapa ayat, kualitas islam sebagai kepercayaan ditegaskan: “ Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama islam)” . Ayat lain menghubungkan islam dan din (lazimnya diterjemahkan sebagai “Agama”) .” Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu,  dan telah Ku- cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai islam jadi agama bagimu”.
Secara etimologis kata islam diturunkan dari akar kata yang sama dengan kata salam yang berarti “Damai”. Kata muslim (sebutan bagi pemeluk agama islam) juga berhubungan dengan kata islam, kata tersebut berarti ”Orang yang berserah diri kepada Allah”.
Islam memberikan banyak amalan keagamaan. Para penganut, umumnya di galakan untuk memegang lima rukun islam, yaitu lima pilar yang menyatukan muslim sebagai sebuah komunitas. Islam adalah syari’at Allah terakhir yang diturunkan-Nya kepada penutup para nabi dan Rasul-Nya,  Muhammad bin Abullah Saw, ia merupakan satu-satunya agama yang benar. Allah tidak menerima agama dari siapapun selainnya. Dia telah menjadikannya sebagai agama yang mudah, tidak ada kesulitan dan kesusahan didalamnya, Allah tidak mewajibkan dan tidak pula membebankan kepada para pemeluknya apa-apa yang mereka tidak sanggup melakukunnya. Islam adalah agama yang dasarnya tauhid, syi’arnya kejujuran, parosnya keadilan, tiangnya kebeenaran, ruhnya kasih sayang.ia merupakan agama agung yang mengarahkan manusia kepada seluruh hal yang bermanfaat, serta melarang dari segala hal yang membahayakan bagi agama dan kehidupan mereka didunia .

Rukun (pilar-pilar) islam
            Islam di bangun diatas lima rkun. Seseorang tidak akan menjadi muslim yang sebenarnya hingga dia mengimani dan melaksanakannya yaitu:
Rukun pertama: syahadat (bersaksi) bahwa, tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwasanya Muhammad Rasulullah. Syahadat ini merupakan kunci islam dan pondasi bangunannya. Makna syahadat la ilaha illallah ialah : tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah saja,dilah ilahi yang hak, sedangkan ilahi selainnya adalah batil dan ilahi itu artinya sesuatu yang disembah. Dan makna syahadat: bahwasanya Muhammad itu adalah Rasulullah ialah: membenarkan semua apa yang diberitakannya, dan mentaati semua perintahnya srta menjauhi semua yang dilarang dan dicegahnya.
Rukun kedua: shalat:Allah telah mengsyari’atkan lima shalat setiap hari sebagai hubungana antara seorang muslim dengan Tuhanya. Didalamnya dia bermunajat dan berdo’a kepada-Nya,disamping agar menjadi pencegah bagi muslim dari perbuatan keji dan mungkar. Dan Alah telah menyiapkan bagi yang menunaikanya kebaikan dalam agama dan kemantapan iman serta ganjaran,baik cepat maupun lambat.Maka  dengan demikian seorang hamba akan mendapatkan ketenangan jiwa dan kenyamanan raga yang akan membuatnya bahagia di dunia dan akhirat.
Rukun ketiga: Zakat yaitu sedekah yang dibayyar oleh orang yang memiliki harta sampai nishab(kadar tertenrtu) setiap tahun,kepada yang berhak menerimanya seperti kaum fakir dan lainya,diantara yang berhak menerima zakat.Zakat itu tidak di wjibkan atas orang fakir yang tidak memiliki nishab,tapi hanya di wajibkan atas kaum kaya untuk menyempurnakan agama dan islam mereka,meningkatkan kondisi dan akhlak mereka,menolak segala balak dari mereka dan harta mereka,mensuccikan mereka dari dosa,disamping sebagai bantuan bagi orang-orang yang membutuhkan dan fakir diantara mereka,serta untuk memenuhi kebutuhan keseharian mereka,sementara zakat hanyalah merupakan bagian kecil sekali dari jumlah harta dan rizki yang diberikan Allah kepada mereka.
Rukun keempat: Puasa yaitu selama satu bulan saja setiap tahun,pada bulan ramadhan yang mulia,yakni bulan kesembilan dari bulan-bulan hijriyah.Kaum muslimin secara keseluruhan serempak meninggalkan kebutuhan-kebutuhan pokok mereka,makan, minum,dan jimak di siang hari mulai terbit fajar sampai matahari terbenam.Dan semua itu akan di ganti oleh Allah bagi mereka berkat karunia dan kemurahan-Nya,dengan penyempurnaan agama dan iman mereka,serta peningkatan kesempurnaan diri,dan banyak lagi ganjaran dan kebaikan lainya,baik di dunia maupun di akhirat yang telah di janjikan Allah bagi orang-orang yang berpuasa.
Rukun kelima: Haji yaiu menuju masjidil haram untuk melakukan ibadah tertentu. Allah mewajibkan atas orang yang mampu sekali seumur hidup,Pada waktu itu kaum muslimiin dari segala penjuru berkumpul di tempat yang paling mulia dimuka bumi ini,menyembah tuhan yang satu,memakai pakaian yang sama,tidak ada perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin,antara si kaya dan si fakir dan antara yang berkulit putih dan berkulit hitam.Mereka semua melaksanakan bentuk-bentuk ibadah tertentu,yang terpenting diantaranya adalah: wukuf di padang arafah,tawaf di ka’bah,kiblatnya kaum muslimin,dan sa’i antara bukit shafa dan marwah.

Ihsan
            Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt. Sebab ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan darin-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata Allah swt. Rasulullah Saw. Pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang mulia. Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian dari aqidah dan bagian terbesar dari keislamannya karena, islam di bangun atas tiga landasan utama, yaitu iman, islam, dan ihsan, seperti yang telah diterangkan oleh Rasulullah Saw.dalam haditsnya yang sahih . Hadits ini menceritakan saat Rasulullah Saw. Menjawab pertanyaan malikat jibril – yang menyamar sebagai seorang manusia – mengenai islam, iman, dan ihsan. Setelah jibril pergi, Rasulullah Saw. Bersabda kepada sahabatnya, “ inilah jibril yang datang mengajarkan kepada kalian urusan agama kalian.” Beliau menyebutbut ketiga hal diatas sebagai agama, dan bahkan Allah Swt. Memerintahkan untuk berbuat ihsan pada banyak tempat dalam Al-qur’an
.” Dan berbuat baiklah kalian, karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik. “ (Qs Al-baqarah:195)
“ Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil dan kebaikan . . . .”(Qs. An-nahl : 90 )

C.         Pengertan ihsan
            Ihsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah ihsanan, yang artinya kebaikan. Allah Swt. Berfirman dalam Al-qur’an mengenai hal ini.
” Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri . . .”(Al-isra’:7)
“Dan berbuat baiklah (kpd orang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu . . “(Qs AL-Qashash: 77).
Ibnu katsir mengomentari ayat diatas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh mahluk Allah Swt.
Landasan syar’I ihsan
            Pertama Al- qur’anul karim
Dalam Al-qur’an, terdapat 166 ayat yang berbicara tentang ihsan dan implementasinya. Dari sini kita dapat menarik satu makna, betapa mulia dan agungnya perilaku dan sifat ini, hingga mendapat porsi yang sangat istimewa dalam Al-qur’an. Berikut ini adalah beberapa ayat yang menjadi landasan akan hal ini.
“ Dan berbuat baiklah kalian karena sesungguhnyaAllah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Al- baqarah: 195)
“Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk berbuat adil dan kebaikan.” (Qs.An-nahl:90)
“. . . . .serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia. . . .”(Qs. Al-baqarah:83)
“Dan berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan para hamba sahayamu. . . . “ (Qs. An-nisa’: 36)
            Kedua, As-sunnah
Rasulullah Saw. Pun sangat memberi perhatian terhadap masalah ihsan ini. Sebab,ini merupakan puncak harapan, perjuangan seorang hamba. Bahkan, diantara hadits-hadits mengenai ihsan tersebut, ada beberapa yang menjadi landasan utama dalam memahami agama ini. Rasulullah Saw. menerangkan mengenai ihsan –Ketika ia menjawab pertanyaan malaikat jibril tentang ihsan, dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh jibril, dengan mengatakan ,” Engkua menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
(HR. Muslim).
Aspek pokok dalam ihsan
            Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental ketiga aspek tersebut ibadah, muamalah, dan ahklak.
Ibadah
            kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menjalankan semua jenis ibadah, seperti solat, puasa, haji dan sebagainya dengan cara yang benar. Yaitu dengan menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksnaan ibadah-ibadah tersebut ia penuhi dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah selalu memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh Allah. Minimal seorang hamba harus merasa bahwa Allah selalu memantaunya, karena dengan inilah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan.inilah maksud dari perkataan Rasulullah Saw. yang berbunyi,
“Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah luas. Maka selain dari jenis ibadah itu tadi, yang tidak kalah pentingnya adalah juga seperti ibadah lainnya seperti jihad, menghormati sesame mukmin, mendidik anak, membahagiakan istri, dan menjalankan yang mubah semata-mata demi mencari dan mendapatkan Ridho Allah Swt. dan masih banyak lagi. Rasulullah menghendaki umatnya dalam keadan seperti itu, yaitu senantiasa sadar jika ingin ingin mewujudkan ihsan dalam setiap ibadahnya.
Tingkat ibadah dan derajatnya
            Berdasarkan nash-nash dalam Al-qur’an dan sunnah, maka ibadah mempunyai tiga tingkatan, yang pada setiap tingkatan derajatnya seorang hamba tidak akan dapat mengukurnya. Karena itulah kita berlomba-lomba untuk meraihnya, pada setip derajat ada tingkatan tersendiri dalam surga. Yang tertinggi adalah derajat muhsinin, Dan ia akan menempati jannatul firdaus, derajat tertinggi dalam surga. Kelak penghuni surgs tingkat bawah akan memandangi penghunu surga surga tingkat atas, laksana penduduk bumi memandangi bintang-bintang di langit yang menandakan betapa jauhnya jarak antara mereka.
Adapun tiga tingkatan ter sebut adalah sebagai berikut:
1.     Tingkat At-taqwa, yaitu tingkatan paling bawah dengan derajad yang berbeda-beda.
2.     Tingkat Al-bir, yaitu tingkat menengah dengan derajat yang berbeda-beda.
3.     Tingkat Al-ihsan, yaitu tingkat paling atas dengan derajat yang berbeda-beda.
Tingkat taqwa
            Tingkat taqwa adalah tingkatan dimana seluruh derajatnya dihuni oleh mereka yang masuk kategori Al-muttaqin, sesuai dengan derajad ketaqwan masing-masing.
Taqwa akan menjadi sempurna dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi serta meninggalkan segala apa yang dilarangNya, hal ini berarti meninggalkan salah satu perintah Allah saja dapat mengakibatkan sangsi, dan melakukan salah satu laranganNya saja adalah dosa. Dengan demikian puncak taqwa adalah menjalankan semua perintah Allah serta menjauhi segala laranganNya.
Namun ada satu hal yang harus dipahami dengan benar, yaitu bahwa Allah Swt. Maha mengetahui mengetahui keadaan hamba-hambaNya yang memiliki berbagai kelemahan, yang dengan kelemahannya itu seorang hamba melakukan dosa. Oleh karena itu Allah membuat satu cara penghapusan dosa, yaitu dengan cara bertobat dan pengampunan. Melalui hal tersebut, Allah akan mengampuni hambaNya yang berdosa karena kelalaiannya dari menunaikan hak-hak taqwa. Sementara itu, ketika seorang hamba naik peringkat puncak taqwa, boleh jadi ia akan naik peringkatnya pada peringkat bir atau ihsan. Peringkat ini disebut martabat taqwa, karena amalan-amalan yang ada pada derajat ini membebaskannya dari siksaan atas kesalahan yang dilakukannya. Adapun derajat yang paling rendah dari peringkat ini adalah derajat dimana seseorang  menjaga dirinya dari kekalnya dalam neraka, yaitu dengan iman yang benar dan diterima oleh Allah Swt.
Tingkat Al-bir
            Peringkat ini akan dihuni oleh mereka yang masuk kategoi Al-abror, hal ini sesuai dengan amalan-amalan kebaikan yang mereka lakukan dari ibadah-ibadah sunnah serta segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah Swt. hal ini dilakukan setelah mereka melakukan hal yang wajib, yakni yang ada pada peringkat At-taqwa.
Peringkat ini disebut derajat Al-bir (kebaikan), karena derajat ini merupakan perluasan pada hal-hal yang sifatnya sunnah, sesuai sifatnya semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah dan merupakan tambahan dari batasan-batasan yang wajib serta yang di haramkanNya. Amalan-amalan ini tidak diwajibkan oleh Allah kepada hambaNya, tetapi perintah itu bersifat anjuran, sekaligus terdapat janji pahala didalamnya.
Akan tetapi mereka yang melakukan amalan tambahan ini tidak akan masuk kedalam tingkatan Al-bir, kecuali mereka telah melaksanakan peringkat yang pertama, yaitu peringkat taqwa. Karena melaksanakan hal yang pertama menjadi syarat mutlak untuk naik keperingkat yang selanjutnya.
Dengan demikian,barang siapa yang mengklaim dirinya telah melakukan kebaikan sedang ia tidak mengimani unsure-unsur kaidaah iman dalam ihsan, serta tidak terhindar dari siksaan neraka , maka ia tidak dapat masuk kedalam peringkat ini. (Al-bir). Allah Swt. telah berfirman,
“Bukanlah kebaikan dengan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebaikan itu adalah taqwa, dan datangilah rumah-rumah itu dari pintu-pintunya dan bertaqwalah kepada Allah agar kalian beruntung.” (Qs. Al-baqarah: 189).
“ya tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar seruan orang yang menyeru kepada iman, yaitu berimanlah kamu kepada tuhanmu, maka kamipun beriman. Ya tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang banyak berbuat baik.” (Al-imran: 193) .

Tingkat ihsan
            Tingkatan ini akan dicapai oleh mereka yang masuk dalam kategori Muhsinun, mereka adalah orang yang telah melewati tingkat pertama dan kedua (peringkat At-taqwa dan Al-bir).
Ketika kita mencermati pengertian ihsan dengan sempurna, maka kita akan mendapatkan kesimpulan bahwa ihsan memiliki dua sisi yaitu : Pertama, ihsan adalah kesempurnaan dalam beramal sambil menjaga keiklasan dan jujur dalam beramal.
Kedua, ihsaan adalah sensntiasa memaksimalkan amalan-amalan sunnah yang dapat mendekat diri kepada Allah Swt. selama hal itu adalah sesuatu yang diridhaiNya dan dianjurkan untuk melaksanakannya.
Untuk dapat naik kemartabat ihsan dalam segala amal , hanya bisa dicapai melalui amalan-amalan wajib dan amalan-amalan sunnah yang dicintai oleh Allah Swt. serta dilakukan atas dasar mencari ridha Allah Swt.


Wudhu dan Tayammum

Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam mengenai Wudhu dan Tanyammum, lebih jelasnya dowonload disini

Jumat, 22 Mei 2015

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM: pengertian Akhlak,Etika,Moral

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Akhlak
Dilihat dari sudut bahasa etimologi, perkataan akhlak sedangkan bahasa arab adalah bentuk jamak dari khulk. Khulk didalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, tingkah laku atau tabi’at[1]
Dari pengrtian diatas dapat diketahui bahwa ahklak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan slalu ada pada diri manusia. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik (disebut akhlak yang mulia), atau perbuatan buruk (akhlak yang tercela).
Prof. Dr. Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaanya itu disebut akhlak.  Contohnya orang darmawan, selalu memberi.
Didalam Al-Mu’zam Al-Wasit disebutkan definisiakhlak sebagai berikut: akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang denganya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
Dalam Ensiklopedia pendidikan dikatakan bahwa akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan, (kesadaran etika dan moral), yaitu kelakuan baik merupakan akibat dan sikap jiwa yang benar terhadap tuhannya dan sesama manusia.
Dalam ungkapan diatas telah dikemukakan oleh Imam Gazali dalam kitab Ihya-nya: Al-khulk adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Jadi pada hakikatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah mersesap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situlah timbul berbagai macam perbuatan daengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memperlikan pemikiran.[2]
B.     Sumber Sumber Ajaran Akhlak
Sumber ajaran akhlak adalah Al-Quran dan Hadis. Tingkah laku Nabi Muhammad merupakan contoh suri teladan bagi umat manusia semua.[3]
sesungguhnya telah ada pada diri Rasullulah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Azhab:21)
Tentang akhlak pribadi Rasulullah dijelaskan pula oleh Aisyah ra. Diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dari Aisyah ra. Berkata: sesungguhnya akhlak Rasulullah itu adalah al-Quran.(HR.Muslim). Hadits Rasulullah meliputi perkataan dan tingkah laku beliau, merupakan sumber akhlak yang kedua setelah al-quran.
 Telah dijelaskan bahwa al-quran dan hadits Rasul adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim, maka keduanya merupakan sumber akhlakul karimah dalam ajaran islam. Nabi bersabda: aku tinggalkan untukmu dua perkara, kamu tidak akan sesat selamanya jika kamu berpeganggan teguh kepada keduanya, yaitu al-quran dan sunnahku. (HR Al- Bukhari). 
C.    Tujuan Pembinaan Akhlak
Melihat dari segi tujuan akhir setiap ibadah adalah pembinaan taqwa. Bertaqwa mengandung arti melaksanakan segala perintah agama dan meninggalkan segala larangan agama. Perintah alloh ditunjukan kepada perbutaan-perbuatan baik dan larangan berbuat jahat. Orang bertaqwa berarti orang yang berakhlak mulia.
Didalam pendekatan diri kepada Allah, manusia selalu diingatkan kepada hal-hal yang bersifat suci. Ibadah yang dilakukan iklas semata-mata karena Allah. Sholat erat hubungannya dengan latihan Akhlakul karimah, seperti difirmankan Allah dalam QS. Al- Ankabut: 45 “Dan didrikan sholat sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah lebih bias (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ibadah puasa erat hubungannya dengan latihan akhlak dan baik untuk membentuk keperibadan sesorang. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa” (QS Al-Baqarah 183).
Jadi puasa tidak hanya mencegah makan dan minum saja melainkan juga menahan diri dari ucapan-ucapan dan perbuatan yang tidak baik. Zakat dapat mensucikan diri bagi si pemberi zakat. Zakat disebut juga sedekah,  Sedekah dapat berupa ucapan yang mengajak kebaikan[4].
D.    Ruang Lingkup Pembahasan Akhlak
Ruang lingkup pembahasan akhlak dapat kita bahas dalam perasaan akhlak, pendorong akhlak, ukuran akhlak, tujuan akhlak, dan pokok-pokok ilmu akhlak.[5]
1.   Perasaan Akhlak
Perasaan akhlak adalah kekuatan seseorang dapat mengetahui sesuatu perilaku.
2.   Pendorong Akhlak
Pendorong adalah kekuatan yang menjadi sember kekuatan akhlak.
3.   Ukuran Akhlak
Ukuran berarti alat ukur atau standarisasi menyeluruh diseluruh dunia. Ukuran akhlak oleh sebagian ahli diletakan sebagai alat penimbang perbuatan baik buruk pada factor yang ada dalam diri manusia. Kalu yang menjadi ukuran itu factor dalam diri manusia, maka tekanannya adalah akal pikiran dan suara hati.
Bagi umat islam, Al- Quran dan Hadist adalah menjadi alat pengukur akhlak. Dalam hal ini Ahli sunnah waljamaah berpendapat, adalah apa yang dikatakan baik oleh agama, buruk itu apa yang ditentukan buruk oleh agama. Akal pikiran itu tidak kuasa menjelaskan bentuk akhlak baik dan buruk dan tidak kuasa member ukuran yang pas.
4.   Tujuan Akhlak
Tujuan adalah sesuatu yang dikehendaki baik individu maupun kelompok. Tujuan akhlak yang dimaksud adalah melakukan sesuatu atau tidak melakukannya, yang dikenal dengan istilah Al-Ghayah.
Ketinggian akhlak diartikan sebagai melekatkkan kebahagiaan pada pemuasaan nafsu makan, minum, dan seks, dengan cara yang halal. Al-Ghazali menyebutkan bahwa ketinggian akhlak merupakan kebakan tertinggi. Kebaikan-kebaikan dalam kehidupan semua bersumber pada empat macam:
a.       Kebaikan jiwa,
b.      Kebaikan dan keutamaan badan,
c.       Eksternal,
d.      Kebaikan bimbingan.
Jadi tujuan akhlak yang diharapkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat bagi pelakunya sesuai ajaran Al-quran dan Hadist.
5.   Pokok-Pokok Ilmu Akhlak
Pokok-pokok ilmu akhlak adalah tingkah laku manusia untuk menetapkan nilainya baik buruk. J.H. Muirhead menyebutkan bahwa pokok pembahasaan. Ilmu akhlak adalah penyelidikan tentang tingkah laku dan sifat manusia.
Al-Ghazali menyatakan bahwa pokok-pokok pembahasaan ilmu akhlak meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (perorangan) maupun kelompok (masyarakat). Dilihat dari seluruh aspek kehidupan manusia maka perbuatan manusia dapat dikatagorikan menjadi dua, yaitu:
a.       Perbuatan yang lahir dengan kehendak dan sengaja
Perbuatan ini termasuk perbuatan akhlak (menjadi objek ilmu akhlak). Seperti orang yang membangun sebuah sekolah atau orang yang mencuri sesuatu, perbuatan ini dapat dinilai baik atau buruknya, karena ia lahir dengan kehendak dan disengaja oleh pelaku.
b.      Perbuatan yang lahir tanpa kehendak  tidak disengaja
Jenis ini tidak menjadi lapangan ilmu akhlak, seperti waktu berpindah dari terang ke gelap, perbutan ini tidak dapat diberi nilai baik atau buruk, karena ia merupakan reflex yang lahir tanpa kehendak dan tidak disengaja.
Kesengajaan merupakan dasar penilaian terhadap tindakan seseorang. Sebagaimana contoh: seorang prajurit yang membunuh musuh dimedan perang tidak dikatakan melakukan kejahatan, karena ia dipaksa oleh situasi perang. Seorang anak kecil yang main api didalam rumah itu terbakar, tidak dapat dikatakan bersalah karena ia tidak tahu akibat perbuatan itu.
Di dalam faktor kesengajaan merupakan penentu dalam penetapan nilai tingkah laku atau tindkan seseorang, contohya sesorang muslim tidak berdosa karena melanggar syariat, jika ia tidak tahu bahwa dia berbuat salam menurut hukum islam. Perbuatan seseorang karena upa, tersalah atau terpaksa tidak dapat dinilai baik atau buruk, dan karenanya perbuatan tersebut tidak termasuk lapangan ilmu akhlak.
Ada lagi sesuatu perbuatan yang menyerupai kedua jenis tersebut ditas (mutasyabbih) dan sering tidak jelas nilanya. Seperti orang yang membakar rumah karena didasari oleh mimpi. Dalam kasus ini, para ahli ilmu akhlak menyatakan bahwa perbuatan manusia yang mutasyabbih ini dua macam yaitu:
a. perbuatan yang diiktiharkan agar tidak terjadi.
b. perbuatan yang sudah diikhtiarkan agar tidak terjadi, tetapi tetap terjadi dengan tidak sengaja.
Adapun pokok-pokok ilmu akhlak adalah segala perbuatan yang timbul dari orang yang melaksanakan dengan sadar, disengaja dan ia mengertahui waktu melakuknya, akibat dari apa yang dia perbuat.
E.     Pembagian Akhlak
Ada da jenis akhlak dalam islam yaitu:akhlakul karimah,(akhlak terpuji) adalah akhlak yang baik dan benar menurut syariat islam. Dan yang kedua, akhlak madzmumah(akhlak tercela) ini adlah akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurtu islam.[6]
Adapu jenis-jenis Akhlakul karimah adalah sebagai berikut:
a. Al-Amanah(sifat jujur dan dapat dipercaya)
b. Al-Alifah(sifat yang disenangi)
c. Al-Afwu(sifat pema’af)
d. Anie Santun(sifat manis muka)
F.     Pengertian Ilmu Akhlak
Dengan melihat pengertian ilmu yang mengenai sesuatu sesuai dengan esensinya, dan pengertian khuluk yaitu budi pekerti, perangi, tingkah laku atau tabi’at. Maka ilmu aklak, dilihat dari sudut etimologi adalah upaya untuk mengenal budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat sesorang sesuai dengan esensinya.[7]
Didalam kamus Al-kautsar, ilmu akhlak diartikan sebgai ilmu tatakrama. Jadi, ilmu akhlak adalah ilmu yang berusaha untuk mengenal tingkah laku manusia kemudian memberi hukum atau nilai kepada perbuatan itu bahwa ia baik atau buruk sesuai dengan norma-norma akhlak dan tata susila.
Dilihat dari sudut terminilogi, dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan “ilmu akhlak adalah ilmu tentang keutamaan-keutamaan dan cara mengikutinya hingga terisi denganya dan tentang keburukan dan cara menghindarinya hingga jiwa kosong dari padanya”.
Didalam Al-Mu’jamul Wasith dikatakan:“ilmu akhlak adalah ilmu yang objek pembahasanya adalah tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat disifati dengan baik dan buruk”.
Ahmad Amin menerangkan bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sesorang manusia kepada orang lain, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa-apa yang harus diperbuat.
Dr.H Hamzah Ya’qub dalam bukunya Etika islam mengemukakan pengertian ilmu Akhlak:
                                       1.            Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antar baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
                                       2.            Ilmu akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian baik dan buruk, ilmu yang diajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.[8]
Dari pengertian diatas dapat dirumuskan bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas perbuatan manusia dan mengerjakan perbuatan baik yang harus dikerjakan dan perbuat jahat yang haus dihindari dalam pergaulannya dengan tuhan, manusia dan makhluk (alam) sekelilingnya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai moral.
G.    Pengertian Etika
Perkataan Etika berasal dari bahasa Yunani Etos yang berarti adat atau kebiasaan. Didalam Ensuklopedia pendidikan diterangkan bahwa Etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruknya.
Untuk mendapatkan rumusan pengertian etika dilihat dari sudut  terminologi, ada beberapa definisi:
Didalam New Masters Pictorial Encylopaedia dikatakan, Etika adalah adalah ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai, tidak mengenai sipat tindakan manusia tetapi tentang idenya.
Didalam kamus Educations dikatakan: etika adalah studi tentang tingkah laku manusia, tidak hanya menentukan kebenarannya sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki manfa’at atau kebaikan dari seluruh tingkah laku manusia.
Etika sebagai salah satu cabang dari filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan tersebut, baik atau buruk, maka ukuran untuk menentukan nilai itu adalah akal pikiran.
Dr. H Hamzah Ya’qub menyimpulkan bahwa “Etika adalah ilmu yang mempelajari, menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai filsafat etika, filsafat moral atau filsafat susila.
Dengan demikian dapat dikatakan, etika ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan hal-hal yang baik dan buruk. Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak membahas keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana seharusnya manusia itu berlaku benar. Etika juga merupakan filsafat praxis manusia. etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar dalam pengertian lain tentang moral.
Etika dapat dibedakan menjadi tiga macam, sebagai berikut:
                                       1.            Etika sebagai ilmu, yang merupakan kumpulan tentang kebajikan, tentang penilaian perbuatan seseorang.
                                       2.            Etika sebagai filsafat, yang mempelajari pandangan-pandangan, persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan.
                                    3.               Etika dalam arti perbuatan, yaitu perbuatan kebajikan.Misalnya, seseorang dikatakan etis apabila orang tersebuttelah berbuat kebijakan.

MANFAAT ETIKA
                  1.            Dapat membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral.
                  2.             Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana yang boleh dirubah, sehingga dalam melayani tamu kita tetap dapat yang layak diterima dan ditolak mengambil sikap yang bisa dipertanggungjawabkan.
                  3.            Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai yang dibawa tamu dan yang telah dianut oleh petugas.
                  4.            Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat.
H.    Pengertiaan Moral
Menurut asal katanya “moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud dengan kesusilaan bukan mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun dan tidak cabul. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Kata susila berasal dari bahasa Sansekerta, su artinya “lebih baik”, sila berarti “dasar-dasar”, prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi susila berarti peraturan-peraturan hidup yang lebih baik.
Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak). Moralisasi, berarti uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik. Demoralisasi, berarti kerusakan moral.
Pengertian moral dibedakan dengan pengertian kelaziman, meskipun dalam praktek kehidupan sehari-hari kedua pengertian itu tidak jelas batas-batasnya. Kelaziman adalah kebiasaan yang baik tanpa pikiran panjang dianggap baik, layak, sopan santun, tata krama, dsb. Jadi, kelaziman itu merupakan norma-norma yang diikuti tanpa berpikir panjang dianggap baik, yang berdasarkan kebiasaan atau tradisi.
Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
                                       1.            Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu pengejawantahan dari pancaran Ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani.
                                       2.            Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai ajaran filosofis, agama, adat, yang menguasai pemutaran manusia.




[1]Asmaran As. Pengantar studi ahlak,(jakarta:Rajawali Pers,1992).h.1
[2]Ibid,h 3.
[3]M.Yatimin Abdullah, Studi akhlak dalam persepektif Al-quran.(Jakarta:Amzah,2007). h. 4
[4]Ibid, h 5-6
[5]Ibid, h 7-12
[6]Ibid, h 12-13
[7]Asmaran As, h 3
[8]Asmaran As. h 5